Industri Kehutanan Mendukung Kelestarian Flora dan Fauna
Industri Kehutanan Mendukung Kelestarian Flora dan Fauna – Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Upaya melindungi serta meningkatkan kelestarian flora dan fauna bisa di dukung melalui industri kehutanan dengan menyelaraskan kepentingan ekonomi, sosial, dan konservasi. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, menyatakan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan untuk konservasi termasuk pelaku usaha sangat strategis, penting, dan mendesak, terutama di Sumatra dan Kalimantan.
Indonesia telah mengalokasikan kawasan konservasi yang sangat luas, yakni mencapai 27,14 juta hektare. Kawasan konservasi tersebut terdapat sekitar 6.203 desa yang berbatasan langsung dan sedikitnya 9,5 juta jiwa yang hidup di dalam deposit poker pulsa 10000 tanpa potongan dan sekitar kawasan itu.
1. Perlu menjalankan program konservasi in-situ dan ex-situ
Wiratno menyatakan, kegiatan konservasi tidak bisa di batasi hanya di kawasan konservasi saja. Perlu menjalankan program konservasi in-situ atau di dalam habitat maupun ex-situ atau di luar habitatnya. Konservasi keanekaragaman hayati memerlukan kombinasi in-situ dan ex-situ.
Sebagai contoh konservasi badak sumatera dengan program Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di TN Way Kambas berhasil melakukan breeding dan akan dibangun sanctuary badak baru, misalnya di TN Gunung Leuser.
2. KLHK terus melakukan upaya penegakan hukum terhadap pelaku perburuan satwa liar
Direktorat Jenderal KSDAE melalui Balai TN dan Balai KSDA terus melakukan pengamanan kawasan dengan model Smart Patrol. Kegiatan patroli tersebut di lakukan selama 10-15 hari/bulan di dalam kawasan konservasi bersama mitra-mitra kunci, untuk melakukan monitoring, pemasangan kamera dan/atau video trap, membersihkan jerat, mencegah konflik satwa liar-manusia, rescue satwa-satwa yang terkena jerat atau terluka karena diburu.
3. Keberhasilan konservasi in-situ dan ex-situ
Keberhasilan konservasi in-situ dan ex-situ dapat di lihat di Pusat Rehabilitasi elang jawa di CA Kamojang. Bekerja sama dengan Pertamina Geothermal. Dan monitoring secara kontinu pada habitatnya sehingga di prediksi populasinya meningkat.
Sementara itu, keberhasilan konservasi badak jawa di TN Ujung Kulon di tandai dengan lahirnya 4 individu badak (2 jantan dan 2 betina). Dan 4 individu badak (2 betina, 1 jantan, 1 individu belum di ketahui) pada 2018.
Keberhasilan konservasi ex-situ juga di buktikan pada keberhasilan penangkaran jalak bali. Yang saat ini terdapat ratusan ekor berhasil di kembalikan ke kawasan TN Bali Barat.
4. APP Sinar Mas memanfaatkan teknologi satelit FAS untuk memantau keadaan tutupan hutan
Pada kesempatan yang sama, Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas, Elim Sritaba, menyatakan, meski bekerja di kawasan produksi. Pihaknya mengalokasikan 600 ribu hektare untuk tujuan konservasi. Luas tersebut hampir seperempat total luasan konsesi para pemasok APP Sinar Mas.
Elim menuturkan, untuk melindungi area konservasi yang luas. APP Sinar Mas memanfaatkan teknologi satelit Forest Alert Services (FAS) untuk memantau keadaan tutupan hutan.
Dengan data tersebut, APP Sinar Mas dapat dengan cepat mengetahui dan melakukan intervensi jika di perlukan. Atau apabila ada gangguan yang mungkin mengancam sumber daya alam dan keanekaragaman hayati.
5. COP 25 di harap buka peluang kerja sama yang semakin luas dalam upaya konservasi
Presiden International Co-ordinating Council of the Man and Biosphere UNESCO, Profesor Enny Sudarmonowati, menegaskan bahwa upaya berkesinambungan harus terus di lakukan.
Enny pun berharap COP 25 membuka peluang kerja sama yang semakin luas dalam upaya konservasi dengan melibatkan peneliti-peneliti andal. Untuk melakukan inovasi yang terus meningkat dan membawa nilai tambah untuk masyarakat serta negara, sekaligus tetap mempertahankan nilai konservasinya.